
Aku, Teddy Iskandar (nama Liku), dipanggil singkat Teddy. Setelah kerja 2 tahun lebih, aku dipindahtugaskan ke kota B ini, tidak seramai kota besar asalku, tapi cukup nyaman. Aku dipinjamkan rumah kakak perempuanku yg bertugas mendampingi suaminya di luar negeri. Sekaligus menjaga dan merawat rumahnya, ditemani seorang mbok setengah tua yg menginap, dan tukang kebun harian yang pulang tengah hari.
Dua bulan sudah aku tinggal di rumah
ini, biasa-biasa saja. Oya, rumah ini berlantai dua dengan kamar tidur
semuanya ada lima, tiga di lantai bawah dan dua di lantai atas. Lantai
atas untuk keluarga kakakku, jadi aku menempati lantai bawah. Di samping
kamar tidurku ada ruang kerja. Aku biasa kerja disitu dengan
seperangkat komputer, internet dan lain-lain.
Suatu ketika, aku kedatangan seorang
dokter giri, Suvie, ditemani asistennya, Angela. Mereka mau mengkontrak
satu kamar dan garasi untuk prakteknya. Untuk itu perlu direnovasi dulu.
Aku menghubungi kakakku melalui sarana komunikasi yang ada, minta
persetujuan. Dia membolehkan setelah tanya-tanya ini itu. Maka mulailah
pekerjaan renovasi dan akan selesai 20 hari lagi.
Sementara itu, Suvie menugaskan Angela
untuk tinggal di kamar tidur yg dikontrak juga, disamping garasi yg
hampir siap disulap jadi ruang praktek. Mulailah kisah dua anak manusia
berlainan jenis dan tinggal serumah….
Sudah dua minggu Angela tinggal di rumah
ini. Dia biasanya membawa makan sendiri, seringkali aku ikut makan
bersama dia kalau kebetulan masakan mbok dirasa kurang. Angela berlaku
biasa saja mulanya, dan aku tidak berani lancang mendekatinya. Angela
berperawakan hampir sama tinggi denganku, tidak gemuk tetapi tidak
kurus. Selalu berpakaian tertutup sehingga aku tidak berhasil melihat
bagian yang ingin kupandang. Wajahnya cukup manis.
Suatu hari, mbok minta ijin pulang
kampung setelah bekerja 9 bulan lebih tanpa menengok anak cucunya. Aku
mengijinkan mbok pulang. Mbok akan minta tolong pembantu tetangga
menyediakan makanan untuk aku selama mbok pulang.
Nah, pagi hari itu aku mengantar mbok ke
setasiun bus dengan mobil kantorku, baru pulang untuk mengambil berkas
dan berangkat lagi ke kantor. Angela pergi ke klinik dokter gigi Suvie
dengan motor, biasanya jam setengah delapan pagi sudah kabur dan pulang
jam lima atau enam petang, bergantung kepada banyaknya pasien. Untuk
praktisnya, masing-masing membawa kunci rumah sendiri.
Sore hari setelah mbok pergi itu suasana
rumahku sepi. Aku pulang jam empat sore dan sempat melihat-lihat kebun
dan mengambil daun-daun kering lalu membuangnya di tempat sampah. Angela
baru sampai di rumah sekitar jam setengah enam, tanpa aku tahu. Dia
ternyata ada di jendela memandangku bekerja di kebun. Ketika matahari
sudah doyong ke Barat, aku baru melihat ke jendela dan nampak Angela
tersenyum di baliknya. Segera aku masuk rumah. “Sudah lama kamu datang,
Angela?” Dia mengangguk. “Aku melihat kamu bekerja di kebun, suatu
pemandangan indah, laki-laki rajin bekerja keras… Kagum aku dibuatnya.”
Aku tertawa sendiri, lalu masuk kamar
untuk mandi. Kamar mandiku ada dalam kamar tidur, jadi aku bebas
berjalan telanjang masuk keluar atau dengan melilitkan handuk saja,
seperti sore itu. Keluar kamar mandi, aku terkejut, karena Angela ada
dalam kamar tidurku. “Aku masuk tanpa permisi, maaf ya, kamu marah?” Aku
jawab, “ Ah tidak, masak marah sih, disambut perempuan seksi dan
manis…? Aku mau tukar baju, kamu mau tetap di sini atau…?” Angela
tersipu. “Oh, mau buka handuk, gitu? Aku tunggu di sofa, mau ada perlu
sama kamu.” Angela keluar kamar.
Aku mengenakan kaos oblong dan celana
boxerku, lalu menghampiri Angela di sofa, duduk di sebelahnya. Dia
menjauh. “Kamu sudah mandi, aku belum… nanti kamu nggak betah di
dekatku..” Aku cuma senyum saja. “Ada pelu bicara apa, Angela…?” Dia
bimbang sebentar, lalu, “Aku mau numpang mandi di kamar mandimu. Ada
shower air hangat kan? Water heater di kamar mandiku rusak, mbok belum
sempat panggil tukang…” Sambil senyum, aku jawab, “Tentu, silahkan saja,
tapi pintu kamar mandi jangan dikunci, sulit membukanya. Tenang, aku
tidak akan mengintip kamu mandi, jangan takut…” Angela tertawa, “Tidak
ngintip tapi langsung melihat…? Mana ada laki-laki membuang kesempatan.”
Aku malu mendengarnya. “Ah, kamu bisa saja…” itu jawabku sambil
memegang bahunya. “Tuh, mulai ya,..?” katanya sambil setengah berlari
masuk kamarnya mengambil handuk dan lain-lain.
Dua puluh menit berlalu, Angela sudah
kembali duduk disampingku. Bau wangi menyergap hidungku. “Eh, Teddy, mau
nggak antar aku beli kacang rebus atau goreng di simpang jalan?” Segera
aku mengiyakan.
Lima menit kemudian Angela dan aku sudah
bergandengan tangan berjalan ke penjual kacang, sekitar 500 meter
jauhnya. Sepulangnya, tangan Angela menggandeng lenganku dan aku sempat
merasakan buah dada kanannya menyentuh lengan kiriku. Serrr, darahku
berdesir, jantungku berdegub kencang. Ibu—ibu di warung dekat situ
nyeletuk, “Wah bu dokter sudah punya calon suami… selamat ya?” Angela
tertawa kecil. Ibu-ibu itu sudah akrab dengan Angela, mempersilahkan
mampir untuk suatu pertanyaan tentang kesehatan giginya. Sempat
terdengar Angela melayani salahsatu dari mereka sambil menyoroti mulut
si pasien kampung itu dengan batere kecil, lalu menyuruhnya datang ke
klinik besok pagi. Semua pertanyaan dijawab dengan ramah. Aku jadi kagum
dengan keramahan Angela. Pantes kliniknya ramai setiap hari.
Pulang rumah, aku dan Angela duduk di
seputar meja makan sambil menikmati kacang rebus dan goreng. Sementara
itu aku tetap mencuri-curi pandang wajahnya, atau turun ke dadanya.
Tetap tidak kelihatan apapun. Angela seorang perempuan yang tetap
menjaga kesusilaan, pikirku. Jadi, apakah aku bisa menikmatinya, waduh,
mengajaknya tidur bersama, pikiranku melayang ke arah hal-hal yang
erotis. Angela menyudahi makan kacang karena kenyang, katanya, lalu
bangkit pergi ke tempat sikat gigi (wastafel). Aku merapikan meja makan,
lalu menyusul Angela untuk sikat gigi di sampingnya.
Tanganku mulai nakal. Aku nekad
menyentuh bokongnya, meremas lalu merangkul pinggangnya. Angela seakan
kaget, lalu menepis tanganku sambil sedikit menatapku sementara mulutnya
masih penuh busa.
Angela berkata, “Jangan mulai nakal… “
Lalu dia membalas mencubit bokongku dan meninju punggungku. “Nih,
rasakan, ya…” Dia mencubit berkali-kali dan meninju juga. Lama-lama aku
merasa sakit juga, lalu kutangkap tangannya dan kutarik tubuhnya
mendekat, tetapi dia berontak dan lari ke sofa. Selesai sikat gigi, aku
duduk disebelahnya. “Kamu masih marah, Angela?” Dia menutup matanya,
lalu… menubruk dadaku seraya menangis. Aku heran sekali. “Kamu ini….
Kamu ini… bikin aku gemes! Aku jadi nggak tahan lagi. Dadamu basah ya,
dengan air mataku. Buka saja kaosmu…” Aku menurut, dia kembali
membenamkan wajahnya di dadaku, lidahnya menjilati putingku. Bibirnya
menciumi dadaku ke kiri dan ke kanan samapi ke lipatan ketiakku. Ketika
lidahnya mau menjilat ketiakku, segera kurapatkan sehingga dia gagal.
Wajahnya nampak kecewa. Berbisik, “Kenapa? Nggak mau ya?” Aku jawab,
“Nanti kamu nggak tahan baunya, bau keringat laki-laki. Angela, aku ada
permintaan…” Angela menjawab lirih, “Minta apa? “ Kujawab, “Mau nggak
kamu tidur di kamarku bersama aku?” Angela diam saja, tidak mau
menjawab. Wajahnya sudah ditarik menjauh. Aku takut dia marah. Lalu
berbisik, “Kalau aku bilang… tidak mau, kamu marah?” Aku jawab, “Aku
tetap membujuk sampai kamu mau. Sinar mata dan wajahmu mengatakan kamu
mau…”
Tiba-tiba Angela bangkit dan berjalan ke
kamarnya. Di pintu masuk kamar, dia memalingkan wajahnya lalu menggapai
aku supaya mendekat. Aku segera bangkit, menuju kamarnya. “Kamu saja
yang tidur di sini, mau?” Aku menggelengkan kepala. “Kamar mandi untuk
kamu kan ada di kamar tidurku,gampang untuk segala keperluan…” Angela
tersenyum mengangguk. “Kalau begitu, kamu tunggu di kamar, ya, nanti aku
menyusul kamu.” Jantungku hampir berhenti berdetak mendengarnya.
(Angela mau lho, tidur denganku…!)
Segera aku berjalan ke kamarku, lalu
merapikan ranjang, meletakkan dua handuk melintang di atasnya. Tak lupa
mengoleskan krim tahan lama pada kepala kemaluanku, lalu memakai sarung
setelah melepaskan semua pakaian.
Belum satu menit, Angela sudah berdiri
di depan pintu kamar. Melihat aku memakai sarung, dia berkata, “Kamu ada
sarung lagi? Aku ingin memakai. Rasanya praktis ya?” Aku mengangguk
lalu membuka lemari pakaian, mengambil sarung lagi, kuserahkan kepada
Angela. Dia membawa sarung itu masuk kamar mandi, melirik manis sambil
berkata, “Jangan ikut masuk, ya?” Aku tertawa saja, lalu berbaring
bertelanjang dada sampai pinggang. Sarung itu menutup bagian bawah
setelah pinggang. Angela keluar kamar mandi dengan sarung menutup bagian
dada sampai pinggul. Dia meletakkan pakaiannya, termasuk BH dan celana
dalam kuning, di meja. Dia melirik lalu tersenyum, “Lihat BH dan celana
dalamku? Nih, biar puas melihatnya.” Dia mendekati aku lalu memamerkan
BH dan celana dalamnya ke dekat wajahku. Aku mendekatkan hidungku pada
celana dalamnya, tetapi dengan cepat dia menariknya sambil tertawa.
Dua detik kemudian, dia merebahkan diri
di sebelahku. Aku melihat wajahnya, berpandang-pandangan selama beberapa
puluh detik. Kudekatkan bibirku pada pipi, dahi, lalu… ke bibirnya. Dia
melumati bibirku, perlahan mulanya. Lalu perlahan membuka mulutnya,
sehingga kini mulutku bisa mengisap mulutnya sambil bergoyang ke kiri ke
kanan, lalu lidahku bertemu lidahnya. Angela menghembuskan napasnya
seperti tersengal, lalu kembali mengisap mulutku bergantian. Lengannya
merangkulku, dan kini, yah, benarlah, dadaku bersentuhan dengan buah
dada Angela yang kencang mencuat dan berputing keras. Dalam berahi yang
makin membara, aku dan Angela sudah tidak memikirkan apa-apa lagi. Tiga
gerakan cukuplah melepas sarung-sarung itu, sehingga tubuh Angela yang
telanjang bulat sudah nempel erat dengan tubuhku. Dia mendorongku
sehingga telungkup di atas tubuhku yang telentang, sambil terus mengisap
dan mengisap dan mengisap mulut seraya bergoyang-goyang ke kiri kanan
dan buah dadanya menekan menggeser-geser di dadaku. Aku sudah terbawa ke
awan yang tinggi. Lenganku merangkul tubuhnya erat-erat, jembut Angela
bergesekan dengan jembutku, aduh bukan main nafsuku berbaur dengan nafsu
Angela. Kemaluanku yang sudah keras itu bergesekan dengan bibir
kemaluan Angela, pahanya bergerak-gerak sebentar menjepit pahaku
sebentar menindih dan entah gerakan apa lagi.
Sebelas menit kemudian Angela melepaskan
diri, mengangkat tubuhnya sambil memandangku. “Bagaimana rasanya, enak
dan nikmat..?” Aku jawab, “Bukan main… Angela, oh ina, buah dadamu..
padat mencuat, aku nikmati sekali. Kamu merasa nggak… jembut kita
beradu? Jembutmu yg lebat, menambah nikmatnya….” Belum sempat kalimatku
selesai, Angela sudah menindihku lagi, kali ini dia membuka lengannya
sehingga lidahku bisa menjilat ketiaknya yang halus tidak berambut.
Kuciumi ketiak Angela beberapa saat, dan tubuhnya menggelinjang. “Ohh,
Yan… Teddy… geli sekali rasanya…” Aku pindah ke ketiak yang satu lagi,
dan Angela kembali menggelinjang. “Kamu doyan ya, menilat ketiak cewek?”
Kujawab, “Ketiakmu harum dan indah bukan main. … Siapa bisa tahan
membiarkan tidak dicium?” Kujilati terus kedua ketiaknya, dan Angela
mengaduh-aduh penuh nikmat. Didadaku masih terasa buah dadanya
menggeser-geser. Pinggulnya bergoyang terus, sampai suatu ketika, dia
setengah berteriak, “Teddy… aku nggak tahan…. Ayo kamu di atasku…”
JOIN NOW : SediaQQ Agen Poker Online Terpercaya
Aku memutar tubuhku sehingga kini berada
di atas tubuh Angela. Kedua lengannya merangkul punggungku, “Duh,..
tubuhmu sungguh kekar… aku sangat menikmati…. Ohh….” Sekarang aku
menindih buah dadanya, sambil mulutku mengisap-isap dan isap mulutnya.
Lidah Angela masuk ke dalam mulutku dan kuisap, alu giliran lidahku
menelusuri mulutnya. Angela mengggelinjang, lalu membuka kedua pahanya.
“Masukkan kemaluanmu…. pelan-pelan ya, besar sekali kemaluanmu… ooohhh…
sudah… sudah masuk semuanya… oohh nikmatnya… nikmatttt sekali…..”
Pinggulnya bergoyang naik turun makin cepat seiring dengan gerakan naik
turun pinggulku. Terasa kemaluanku dijepit dan disedot kemaluannya. Aku
mengeluh, “Angela, kemaluanmu sempit… duhh nikmatnya dijepit dan…
disedot kemaluanmu… ooohhh Angela…” Dia menjawab, “Yan… jangan keluar
dulu ya…. Aku masih ingin lama nih, menikmati … persetubuhan ini..” Lalu
menggelinjang hebat ke kiri ke kanan, mulutnya tertutup rapat dalam
mulutku dan mengeluarkan suara lenguhan seorang perempuan yang sedang
penuh nikmat.
Gerakan tubuhku dan Angela menimbulkan
bunyi kecupak-kecupak saat kemaluanku menembus jembut dan kemaluannya
yang sudah basah. Aku bertanya, “Angela, boleh kujilat
jembutmu,…kemaluanmu….?” Segera dia menggelengkan kepala, meski mulutnya
masih dalam mulutku. “Jangan sekarang,… jangan dilepasss… nanti saja…
oohh,… nikmatnya…” Aku menggeserkan tubuh Angela kesamping, supayua dia
tidak kepayahan menanggung beban tubuhku. Dia berbaring disampingku
sambil lidahnya terjulur minta diisap. “Angela,…. Aku minta ludahmu…”
Dia menjulurkan lidahnya, kali ini penuh ludahnya. Segera kuisap dan
kusedot mulutnya dan kuisap ludahnya semua. Angela menggelinjang. “Kamu
di bawah, mau…” Aku menggeser kembali, telentang di bawahnya. Tubuh
Angela seluruhnya menindih tubuhku, buah dadanya kembali bergeser-geser.
Kemaluanku berhasil masuk dari bawah, dibantu tangan Angela. Angela
mengdesah, “Ooohh… aduhhh… nikmatnya, aduuhh… kemaluanmu memenuhi….
Kemaluanku penuh kemaluanmu, ohhh… terus, Teddy, terus genjot dari
bawah…. Oohh…. Ohhh, nikmat sekali, …. “Gerakan tubuh Angela dan aku
makin cepat sampai, “ Aku tidak…. Tidak tahan lagi…. Mau keluar…. Oohhh…
keluar… Teddy…! Aku sudah keluar…. teruskan, teruskan…. Masih nikmat….
Mau lagi.. Teddy…. Kemaluanmu… nikmat sekali….. adu jembut, nambah
nikmat…. Aku mau keluar lagiiiii…! Teddy, aku … nggak tahan, …keluar
lagi, sudah dua kali… sekarang kamu dong, semprotkan manimu… ooohhh…
ohh… terus Teddy, kamu harus puasss…” Aku bergerak terus, tetapi
pengaruh krim tahan lama membuatku tidak gampang keluar.
Aku berbisik, sambil lidahku menjilati
lehernya, “Angela, masih nikmat… atau mau ke kamar mandi dulu, lalu
berbaring sambil istirahat 30 menit dan ….. mulai babak kedua…?” Angela
berbisik mesra. “Aku mau, Teddy, berkali-kali semalam suntuk bersetubuh
dengan kamu…. Sekarang ke kamar mandi dulu… “ Dia beringsut mau turun
ranjang, tangannya menggapai tissue lalu mengelap kemaluannya. Llau
berjalan beringsut sambil terus memegang tissue di kemaluannya. Aku
menyusul dia. Kemaluanku basah dengan air mani Angela, tetapi tidak
sampai mengucur.
Di kamar mandi, Angela berbisik, “Teddy,
kamu… hebat… sebagai laki-laki, bisa memuaskan aku berkali-kali.” Aku
menjawab, “Baru dua kali, Angela… “ Dia tersenyum, berbisik, “Semalam
suntuk bisa berapa kali, ya? Aku kepningin terus, berahiku tidak…. tidak
terbendung, sudah ditahan berhari-hari. Untung mbok pergi ya, jadi kita
bebas ….” Aku menunduk, lalu kuserbu kemaluannya, kuciumi jembutnya,
kujilati kemaluannya sampai dia kembali mengeluh nikmat. “Duhh, Teddy, …
kamu merangsang lagi… ooh… ohh, aku terangsang… ayo balik ranjang…
tapi, aku mau mengisap kemaluanmu dulu… waduh, sudah tegang lagi…”
Mulutnya mengulum, mengisap kemaluanku beberapa menit. “Angelaaa….
Sudah, sudah, nanti aku crot dalam mulutmu, saying sekali. Lebih nikmat
crot di dalam kemaluanmu…” Angela tertawa, “Nggak kuat ya? Pakai krim
lagi? Biar kuat berjam-jam?” Aku mengangguk lalu memeluk tubuh Angela,
buah dadanya kembali nempel dipinggangku. “Angela,… merasakan buah
dadamu, sungguh nikmat…”
Sampai di ranjang, kembali dia
menindihku. “Kamu di bawahku dulu ya… Eh, belum pakai krim?” Aku
beringsut ke meja lalu mengoleskan krim di kepala kemaluanku. “Nih,
sudah pakai krim. Tidak takut crot dulu, sejam lagi rasanya.” Kembali
tubuhku ditindih Angela, mulutnya kembali menyeruput mulutku, buah
dadanya bergerak ke kiri kanan di dadaku, aduh nikmat sekali. “Kamu
nafsu lagi, Angela?” Dia mengangguk, “Ya, kali ini sampai sejam baru aku
keluar…. Ketiga keempat, kelima….”
Aku menikmati posisi begini (sebutannya
Woman on top missionary sex) selama sekitar 25 menit, terus menerus
menyeruput mulut Angela, menelan ludahnya, merangkul erat tubuhnya,
mencengkeram bokongnya yang aduhai, dan seterusnya. Angela juga
menikmati perannya, memandang wajahku dengan sayu, menjulurkan lidahnya,
masuk ke mulutku seraya menelusuri seluruh rongga mulutku, mengisap,
mengisap, menyedot, menyedot, terus menerus. Pinggulnya bergerak ke kiri
ke kanan, maka terasalah jembutnya bergesekan dengan jembutku, pahanya
kadang-kadang menuruni pahaku supaya kemaluanku bisa menggeser-geser
kemaluannya yang sudah basah itu.
Setelah sekitar 25 menit itu, Angela
melenguh dan mendorongku supaya bergeser ke samping, lalu berbisik,
“Kamu naik ke atas ya… aku sudah nggak tahan, ingin dimasuki
kemaluanmu…. Yang lama dan dalam,… jangan cepat-cepat, …. putar
pinggulmu, nah gitu….ooh… nikmatnya, Teddy, terus… nikmatttt sekali….
Mauku sih yang lama,…. terus, … sekarang kemaluanmu… benamkan ke dalam
kemaluanku, terus….. yang dalam… ohh, ohh, mmm… mmm…” Mulutnya kusedot
sedot terus, dan dia membalas sedotanku, jadi cuma bisa mengeluarkan
suara … mmm…. mmmm…. ahh… ahhh.. Sementara dadaku menindih buah dadanya,
sungguh nikmat sekali. Buah dada yang mencuat dan kencang. Tiap lelaki
pasti akan menikmatinya dalam posisiku ini. Aku sendiri mendesah kencang
sambil menggerakkan pinggulku, naik turun dan putar-putar. “Tin… ooohh…
jembut…. jembut kita…. beradu… nikmat sekali ya…?” Angela mendesah
dalam mulutku, mmm… lalu menjawab, “Betul… jembut ketemu jembut…. dadamu
menindih buah dadaku… nikmat sekali, Teddyooo… aku nggak tahan lagi…
aku mau keluar lagi … Teddyoo…. aku … keluar… crot crot…. Oohhh…
nikmatnya….” Lengannya melingkari tubuhku dengan kencang. “Teddy,…
tubuhmu… enak sekali kurangkul… kekar, … begitu jantan… nikmat sekali..
jangan lepas dulu ya…. teruskan, Teddyooo… aku masih bisa lagi, … “ Aku
gerakkan pinggulku naik turun terus, kurasakan batang kemaluanku disedot
dan dijepit kemaluan Angela… Kemaluannya berkedut-kedut… Untung aku
pakai krim tahan lama. Siapa sih bisa tahan kemaluannya dijepit dan
disedot begitu. Sekitar 12 menit, Angela kembali mengeluh panjang dalam
mulutku, lalu pinggulnya mengejang keras dan… terasa lagi cairan hangat
membasahi kemaluanku di dalam kemaluan Angela. Dia terengah-engah,
sambil mengisap mulutku dia berbisik, “Teddy… aku sudah keluar… empat
kali ya?” Aku menjawab, “Ya, baru empat kali. Masih mau empat kali lagi
sampai pagi?”
Angela berbisik, “Istirahat dulu yuk,
setelah bersih-bersih di kamar mandi. Kamu hebat sekali, ya, belum
keluar juga air manimu. Nanti aku mau mengisapnya ya, sisa-sisa air
manimu, dalam mulutku, kalau sudah keluar dalam kemaluanku….” Dia
menuntunku jalan ke kamar mandi sambil menempelkan buah dadanya di
sampingku… Perasaanku sudah tidak karuan, lelaki menghadapi perempuan
yang nafsunya besar dan tidak dapat dibendung lagi. Di kamar mandi,
Angela mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil menjilati pipi dan
leherku. “Teddy…. kamu jantan tulen… aku ingin terus dipeluk dan
diapakan saja sampai pagi… “ Lalu menyabuni kemaluannya dan mengusap
kemaluanku, dan menyirami lalu mengelap dengan handuk. Angela berbisik,
“Mau kuisap… kemaluanmu?” Aku menolak, takut ngecrot di kamar mandi,
lalu kepeluk dia menuju ranjang lagi.
Kembali dia telungkup di atas tuuhku,
lalu berbisik, “Mau main 69?” Aku mau, lalu dia menggeserkan tubuhnya,
berbalik arah. Buah dadanya menggeser di dada dan perutku. Mulutku
sekarang persis berhadapan dengan jembut dan kemaluannya, yang segera
kujilat. Begitu juga dia, mulutnya menelusuri biji kemaluanku, lalu
batangnya, dan menjilati kepalanya sebelum mengulum dengan penuh gairah.
Dia mendesah ketika merasakan jembutnya kuciumi dan bibir kemaluan yang
berwarna merah itu kujilati dengan sama gairahnya. Posisi ini
berlangsung selama sekitar 10 menit, ketika aku merasakan puncak
kenikmatanku nyaris sampai, lalu kuminta dia balik arah lagi. Kembali
mulutku mengisap mulutnya, berbau jembut dan terasa agak asin. Dengan
gairah penuh dia mengisap mulutku, menjulurkan lidahnya masuk keluar
untuk beradu dengan lidahku. Buah dadanya bergerak kiri kanan di dadaku,
nikmat sekali rasanya. Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan main
dengan boneka seks lagi. Kalah nikmat dibandingkan tubuh Angela.
Lenganku melingkari punggung Angela, bokongnya kucengkeram dan kuelus.
Angela mengerang, “Aku nafsu lagi, Teddy…. kamu begitu pinter…
membangkitkan berahiku…”
Dia mendorongku ke samping lalu menarik
tubuhku sampai menindih tubuhnya. Kembali kutindih buah dadanya, begitu
nikmat. Mulutku mengisap mulutnya, dan kemaluanku masuk ke dalam
kemaluannya, jembutku bergesekan dengan jembutnya. Pinggulku naik turun,
perlahan lalu tambah kencang. Selang lima menit, Angela sudah
kelojotan, mengerang dalam mulutku, lengannya mencengkeram punggungku,
pinggulnya bergerak cepat naik turun dan kesamping, dan… Angela menjerit
tertahan dalam mulutku. Kemaluannya kembali memuntahkan cairan hangat,
kurasakan kemaluanku disiram cairan hangat. Dia sampai puncaknya lagi.
Dalam kondisi seperti itu, dia tetap
memeluk aku. “Teddyoo… terus yuk… aku masih bisa keluar lagi. Jangan
lepas kemaluanmu, teruskan… 10 menit lagi aku crot… kamu juga kan? Aku
merasakan kemaluanmu sudah kedut-kedut. Ayo sama-sama keluar, biar puas
bareng…mau?” Aku mendesah sambil terus bergerak pelan, pinggulku naik
turun. “Kamu ini, Angela… manis sekali… wajahmu bikin aku nafsu, buah
dadamu bikin aku nggak tahan…. Tin, rasanya aku mau keluar nih, mana
tahan sih, merasakan nikmatnya semua ini?” Angela senyum mendengar
kata-kataku, lalu memandangku. “Aduhai, Teddy… kamu pemuda ganteng…
jantan, … pandai membangkitkan nafsu perempuan … ayo terus… aku mau
nih…. ooh… nikmatnya…” Tubuh Angela menggelinjang dibawah tubuhku,
mulutnya menyedot mulutku, menyedot terus… buah dadanya bergoyang
ditindih dadaku.
Aku sudah tidak tahan lagi. Tadi lupa
mengolesi krim tahan lama sekembali dari kamar mandi. Tuuhku bergerak
naik turun dengan cepat, mengeluarkan bunyi kresek-kresek dan
kecupak-kecupak ketika mulutku mengisap mulutnya dan jembutku beradu
dengan jembutnya. “Angela,… buah dadamu… bikin akau tidak tahannn… aku
mau keluar nih…” Angela mendesah, “Ayo, terus…. Aku juga mau keluar
lagi… oohhh…. Teddy… mmm… ouww…. nikmat sekaliii…. “ Aku sampai
puncaknya. “Angelaaa…. Aku keluar…. Aku keluar… oohhh… nikmatnya buah
dadamu, jembutmu, kemaluanmu… oouww…. “ Maka crot-crot-crotlah air
maniku dalam kemaluannya. Aku ingat pesannya supaya disisakan air mani
untuk masuk mulutnya. Kuarahkan kemaluanku ke mulutnya dan…. crot-crot
lagi dua tetes air mani dalam mulut Angela.
Beberapa menit aku tergolek di atas
tubuh Angela, mengatur napas. Angela juga begitu. Angela puas empat kai
rasanya, dan aku satu kali. Dia berkata sambil senyum manis, “Teddy,
kita sama-sama keluar ya? Sama-sama puas? Besok malam mau lagi? Saban
malam… Aku ini perempuan penuh nafsu, ya? Aku sayang kamu, bakal jadi
cinta.” Lalu berdua aku ke kamar mandi, membersihkan tubuh, lalu tidur
sampai subuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar